The Mysticism of Hamzah Fansuri, Kuala Lumpur, the University of Malaya Press, 1970... The first time in English, holds the view that.
Sehubungan dengan masih belum jelasnya kabar thread dengan judul yang sama, thread akan kami coba buka lagi. Hukum Sihir dan Perdukunan.
Shalat: Jalan Terindah Menuju Allah S.W.T. Keutamaan Shalawat. Menguak Misteri Muhammad S.A.W. Buku ayat ayat fitna dari DR.Quraish Shihab. Wawasan Al Quran. DR.Quraish Shihab. Membumikan Al Quran.
Quraish Shihab. Sejarah Rasulullah S.A.W - Ruqyah Syariah.
Syeikh Wahid Abdussalam Bali. Membongkar Ahmadiyah. Dialog Islam Kristen. Bukti Kebenaran Al Quran.
148 Fatwa Seputar Jenazah. Adab Belajar, Mengajar, Membaca dan Menghafal Quran-Imam Nawawi. Adab Imam - Armen Halim Naro. Ahkamul Jum’at - Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani. Al Ajwibah An Nafiah An Asilatil Lajnah Jamaah Jumah.
La Tahzan - DR.Aidh al Qarni. Bunga Bank dan Riba - Ustadz Aunur Rofiq Ghufron.
Bid`ah pada bulan Ramadahan - Abu Hasan Al Atsari. Bimbingan Shalat Fardhu Biografi dan Karomah Syuhada.
Darah Kebiasaan Wanita - Syeikh Muhammad bin Saleh Al `Utsaimin. Dll.software Islam 6.90 - Holy Qur'an viewer.Flash Tata Cara Wudhu, Shalat & Pengurusan Jenazah.ebook - Science and Islam.ebook - Don't Be Sad.Pocket Islam v7.0 for PPC.ebook - The Muslim Woman And Her Husband.artikel Mengkritisi Peran Fatahillah di Jakarta.artikel - Tuntunan Rasulullah saat Makan dan Minum.artikel - Tuntunan Rasulullah ketika Beranjak Tidur dan Bangun.Koleksi Dvd pakdenono (RS Link).12 Islamic E-Book AIO. 100 Pesan Nabi untuk Wanita Salilah 2. Air Mata Cinta Pembersih Dosa 3. Aku Beriman, maka Aku Bertanya 4.
Aku Menggugat, maka Aku Kian Beriman 5. Hafalan Shalat Delisa 6. Indah dan Mulia 8. Islamic creative thinking 9. Muhammad Prophet for Our Time 10.Satu Tiket Ke Surga 11.Secret of The Secrets 12.Tuhan, Alam, Manusia. Perspektif Sains dan Agama.ebook - Doa dan Wirid, Mengobati Guna-Guna dan Sihir Menurut Al-Quran dan Sunnah.Ebook Ringkasan Minhajus Sunnah Ibnu Taimiyah.Software Kitab Kuning.linkNoble Quran.3D ApplicationPanorama Watch Makkah Inside (Day Time).application - The Holy Qoran.linksoftware gratis ISLAMI yang berbasis Mac OS X.software Ela-Salaty.Islamic Brushes for Adobe Photoshop.software WinShalat.koleksi from ccpb.
SHARE AND DISCUSS for MOSLEM. by Raden Satori. by GudBoyInside. by fahdmuhammad. Syaikh ibn 'Atha'ilah as-Sakandari by kiyomizu. by the hawkz. by CintaRabbani.
by bismialif. by tQkai. by kuli warnet.
by allrain. by kuli warnet.! Athan (Azan) Basic freeware Menunaikan Shalat merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Kewajiban yang langsung diterima Rosulullah sewaktu Isra’ Mi’raj. Begitu poentingnya kedudukan Shalat ini, hingga diumpamakan ibarat kepala pada badan manusia.
Software berikut ini merupakan software pengingat adzan untuk lima waktu shalat, yang terpasang di PC dengan menggunakan sistem operasi Windows 98/Me/NT/2000/XP/Vista. Dilengkapi dengan pilihan kota di seluruh dunia, yang bersesuaian dengan lokasi kita tinggal. Juga terdapat pilihan suara adzan, kalender hijriah, waktu shalat dan fitur menarik lainnya. Info lanjut Link download by Abu Hasan Pambudi Al Mufid adalah sebuah program kamus Arab - Indonesia untuk sistem operasi Windows. Fitur. Unicode Based: Al Mufid adalah aplikasi berbasis Unicode sehingga dapat lebih cepat dalam melaksanakan instruksi daripada aplikasi non-Unicode. Minimalis User Interface: Al Mufid memiliki tampilan yang sederhana dan mudah digunakan dan dimengerti.
Alphabetic Virtual Keyboard: Al Mufid dilengkapi dengan sebuah virtual keyboard arab dan latin yang disusun secara alpabetik sehingga sangat membantu pengguna yang tidak terbiasa dengan susunan huruf-huruf di keyboard terutama keyboard arab. Sistem Operasi Untuk menjalankan Al Mufid disarankan minimal menggunakan sistem operasi Windows XP (Al Mufid mungkin dapat juga dijalankan di Windows 2000). Al Mufid adalah aplikasi berbasis Unicode sehingga tidak bisa dijalankan di Windows 95, 98 dan ME. Software ini merupakan tools untuk konversi kalender dari hijriah ke masehi, begitu juga sebaliknya. Dengan ukuran yang tidak terlalu besar, cukup jadi pilihan untuk mengetahui kalender penanggalan hijriah dan masehi sekaligus. Tampilan TaskBar Icon Bagi rekan-rekan yang berminat, dapat mendonlot software ini secara gratis di. Sekelumit Keadaan Islam di Tengah Purbasangka M Quraish Shihab Cetakan Pertama, April 2008 Penerbit Lentera Hati [email protected]/email Buku kecil ini bukanlah sanggahan terhadap film FITNA karya Geert Wilders yang terlalu buruk untuk memperoleh kehormatan menanggapainya.
Buku ini menyajikan ayat-ayat Quran yang digunakan oleh film FITNA mendiskreditkan Islam, namun sekali lagi tujuan utamanya bukan untuk menanggapi atau menyanggah, tetapi untuk menunjukkan kepada umat Islam dan siapa pun yang hendak mengenal Islam dan juga kepada yang terpengaruh oleh fitnah film FITNA itu, bahwa sungguh ajaran ISLAM sangat bertolak belakang dengan apa yang mereka suguhkan itu. Ajaran Islam sungguh mengajak kepada kedamaian yang adil dan beradab dan sedikitpun tidak merestui teror.
Wallahu a’lam Maha Besar dan Maha Suci Allah SWT Link Download. Ebook Pendeta Menghujat Muallaf Meralat Penyusun: H. Mokoginta Editor: Abu Mumtaz Penerbit: Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA) PO Box 1426 Jkt 13014 Cetakan 1, Juni 1999 Dalam keberagaman agama dan kepentingan agama, kerukunan hidup antarumat beragama yang harmonis adalah syarat mutlak yang diperlukan untuk tercapainya masyarakat madani yang adil makmur sentosa, gemah ripah loh jinawi kerto tentrem raharjo. Tetapi, menciptakan iklim kerukunan hidup antarumat beragama tidak semudah menyusun teori toleransi dalam sebuah seminar atau di atas mimbar ceramah. Link Download PDF - 520 KB.
Ayat Ayat Cinta - Novel Pembangun Jiwa Sebuah Karya Habiburrahman Saerozi Alumnus Universitas Al Azhar, Cairo ISBN: Ayat-ayat cinta adalah sebuah novel 411 halaman yang ditulis oleh seorang novelis muda Indonesia kelahiran 30 September 1976 yang bernama Habiburrahman El-Shirazy. Ia adalah seorang sarjana lulusan Mesir dan sekarang sudah kembali ke tanah air. Sepintas lalu, novel ini seperti novel-novel Islami kebanyakan yang mencoba menebarkan dakwah melalui sebuah karya seni, namun setelah ditelaah lebih lanjut ternyata novel ini merupakan gabungan dari novel Islami, budaya dan juga novel cinta yang banyak disukai anak muda. Dengan kata lain, novel ini merupakan sarana yang tepat sebagai media penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Islam, khususnya buat para kawula muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa. Habiburrahman El Shirazy, penulis novel ini, berhasil menggambarkan latar (setting) sosial-budaya Timur Tengah dengan sangat hidup tanpa harus memakai istilah-istilah Arab. Bahasanya yang mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat, dan gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benar-benar terjadi. Ini contoh novel karya penulis muda yang sangat bagus!
Format pdf - Indonesian Langguage - 1,3 MB » Klik di Sini. Islam Mulai “Menyalip” Katolik Untuk pertama kali pihak Katolik Roma di Vatikan jujur mengakui perihal jemaatnya.
Maret lalu, secara resmi, Vatikan menyampaikan jumlah jemaatnya di seluruh dumia terus merosot dan digeser Islam. Pengakuan ini dikeluarkan oleh Vatikan dan dimuat koran L’Osservatore Romano. Menurut Vatikan, 19,2 persen penduduk dunia kini telah rnemeluk agama Islam dan 17,4 persen agama Katolik. Karena itu, Vatikan menilai, posisi nomor satu yang dulu dipegang oleh umat Katolik merosot dan kini digantikan Islam.
Selain itu kata Vatikan, keluarga Muslim terus memiliki banyak anak sedang keluarga Katolik tidak. “Untuk pertama kalinya dalam sejarah kami tidak lagi di atas: orang Muslim sudah mendahului kami,” ujar Monsignor Vittorio Formenti, sebagaimana dikutip koran Inggris, the Guardian. Dengan menggunakan prosentase penduduk dunia tahun 2006 dimana sebanyak sekitar 6,5 miliar orang, maka orang Muslim sudah akan mencapai di atas 1,25 miliar, orang Katolik 1,13 miliar dan semua orang Kristen 2,15 miliar.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Pew Research Center for the People dan the Press and the Pew Forum on Religion and Public Life bulan lalu menyebutkan mengagetkan. Dimana ditemukan, seperempat dari total 70 juta populasi warga AS yang Katolik sebagian sudah jarang ke gereja. Bahkan jemaat Katolik pun juga tak kenal siapa pemimpin mereka, Paus Benedictus XVI. Hasil penelitian menyebutkan, 3 dari 10 warga AS mengatakan, mereka tidak cukup tahu siapa Paus Benedictus XVI. Sedangkan, 8 dari 10 orang mengatakan, mereka hanya pernah mendengar sedikit nama Paus. “Jika anda menghentikan rata-rata orang di jalan dan meminta pendapat mereka apa mereka mengenal Paus Benedict XVI, saya mencurigai mereka akan mengatakan pada Anda, well, dia nampak lebih baik dibanding apa yang banyak dikatakan orang ketika dia dipilih,” kata John Allen koresponden koran National Catholic, Vatikan.
Hasil penelitian bisa diakses di: atau. cholis/. Vatikan Ijin Membangun Gereja di Arab Saudi Telah terjadi pertemuan rahasia, antara utusan Vatikan dan utusan pemerintah Arab Saudi. Itu berlangsung pertengahan Maret lalu di Roma Italia. Inti pertemuan, Vatikan menginginkan Saudi membolehkan pihak Katolik membangun gereja di tanah kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) itu, demikian lapor harian Italia, La Stampa.
“Vatikan sedang bernegosiasi dengan Saudi Arabia untuk membangun gereja Katolik,” kata Uskup Mounged El-Hachem. Selain itu, Vatikan juga berharap membuka rumah ibadah lain di negara-negara Timur Tengah seperti; Kuwait, Qatar, Yamen, Bahrain dan United Arab Emirates (UAE). Menurut La Stampa, pembicaraan itu didukung oleh Raja Saudi Abdullah. Dan itu sudah berlangsung beberapa minggu. La Stampa mengklaim bahwa ada 900.000 umat Katolik hidup di Saudi. “Jika kita dapat izin resmi membangun gereja yang pertama, maka akan menjadi satu prestasi bersejarah,” ujar juru bicara Vatikan Federico Lombardi, dikutip La Stampa. Sebagaimana diketahui, Saudi adalah satu-satunya negara Islam yang tanahnya masih steril dari bangunan gereja.
Sebelumnya, negara Timur Tengah lain seperti Qatar, Bahrain, Kuwait, Oman, dan Uni Emirat Arab telah lama memiliki gereja. Bahkan Qatar yang dianggap beraliran wahabi seperti Arab Saudi, sudah membuka diri sejak lama.
“Bahrain adalah negara Teluk pertama yang nemiliki gereja dan dibangun tahun 1906 oleh seorang misionaris Anglikan asal Amerika,” kata Yussef Haidar, sekretaris Gereja Anglikan di Bahrain, dengan bangga, sebagaimana dikutip Middle East Online. Di Kuwait sudah dibangun sepuluh gereja. Begitu pula di Qatar dan Uni Emirat Arab.
Di Oman gereja di Muscat, Sohar, dan Salalah bahkan hadiah dari Sultan Qabus. Alasanya, sebagai lambang toleransi beragama. Kini, hanya Arab Saudi satu-satunya yang bertahan. Di Saudi, selain Makkah, ada pula Madinah yang sering disehut “Tanah Haram”. Tahun 8 H (623 M) Makkah masih boleh ditempati atau dikunjungi oleh orang-orang Nasrani, Yahudi dan non-Muslim lainnya. Namun karena banyak orang kafir melakukan tindakan-tindakan munafik, ingkar janji dan memusuhi serta menodai syiar Islam maka pada tahun 9 H mereka ditolak masuk Tanah Haram. Ini berdasarkan firman Allah dalam surat Attaubah ayat 28: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang Musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini.” Hanya saja, akankah masih disebut “Tanah Haram” jika pemerintah Saudi mengijinkan gereja dibangun di negeri itu?
Atau hanya tinggal sejarah saja? (Cholis Akbar).Suara Hidayatullah. Original Posted By penage Ebook Pendeta Menghujat Muallaf Meralat Penyusun: H. Mokoginta Editor: Abu Mumtaz Penerbit: Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA) PO Box 1426 Jkt 13014 Cetakan 1, Juni 1999 Dalam keberagaman agama dan kepentingan agama, kerukunan hidup antarumat beragama yang harmonis adalah syarat mutlak yang diperlukan untuk tercapainya masyarakat madani yang adil makmur sentosa, gemah ripah loh jinawi kerto tentrem raharjo. Tetapi, menciptakan iklim kerukunan hidup antarumat beragama tidak semudah menyusun teori toleransi dalam sebuah seminar atau di atas mimbar ceramah. Link Download PDF - 520 KB thread yang mantaf.
Silahkan dilanjut. Ulama Madura Sepakat Halalkan Imunisasi Setelah sempat menolak program imunisasi, ulama Madura, Jawa Timur, akhirnya menerima program tersebut. Kesepakatan bahwa imunisasi halal dihasilkan dalam kegiatan Mudzakaroh Imunisasi Ulama se Madura, yang terdiri dari perwakilan ulama, pengurus Aisiyah, Fatayat dan Muslimat NU.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur KH Abdussomad Buchori mengatakan, setelah dilakukan pemaparan tentang akibat kurangnya imunisasi dari Dinas Kesehatan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Millenium Challenge Corporation Indonesia (MCCI), dan MUI, para ulama itu sepakat untuk menerima imunisasi. 'Seperti yang difatwakan MUI, disepakati untuk menyatakan bahwa menjaga kesehatan bayi adalah sebuah hajah (kebutuhan) dan penggunaan vaksin dalam imunisasi yang dinilai tidak sesuai dengan hukum Islam adalah darurat, sehingga diperbolehkan sampai ada obat dan proses yang benar-benar halal, ' kata Abdussomad.
Selain menyatakan menerima, para ulama juga meminta agar program tersebut disosialisasikan kepada masyarakat Madura tentang pentingnya imunisasi. Sebelumnya, sebagian besar ulama di pulau itu bertahan mengharamkan imunisasi dengan alasan bahan yang digunakan dan proses pembuatan vaksin dinialai haram dan bertentangan dengan hukum Islam. Karena ada, beberapa bahan dan proses yang dinilai tidak halal, kata Abdussomad, antara lain penggunaan ginjal kera sebagai pengembangbiakan virus, lemak babi, dan bahan serta proses lain yang bertentangan dengan hukum agama. EBOOK - PERANG SABIL versus PERANG SALIB Ummat Islam Melawan Penjajah Kristen Portugis dan Belanda oleh: ABDUL QADIR DJAELANI Anggota DPR RI Penerbit: YAYASAN PENGKAJIAN ISLAM MADINAH AL-MUNAWWARAH Jakarta 1420 H / 1999 M DAFTAR ISI Perang Maluku Perang Makassar Perang Banten Perang Jawa Perang Padri Perang Banjar Perang Aceh Datangnya Portugis dan Belanda ke Indonesia, selain untuk menjajah juga untuk mengkristenkan umat Islam Indonesia. Kedua tujuan tersebut dilaksanakan dalam ruang lingkup Perang Salib yang tidak pernah padam dalam dada umat Kristen Barat. Karena misi utama kedatangan Portugis dan Belanda ke Indonesia untuk melanjutkan perang salib terhadap umat Islam Indonesia, maka perlawanan umat Islam seperti Perang Padri, Perang Jawa, Perang Banjar, Perang Aceh, dan lain-lain adalah PERANG SABIL, dimana panji-panji Islam menjadi lambang perjuangan.
Link Download 410 KB - PDF Format. Bukti Kebenaran Al Quran oleh Abdullah M. Al-Rehaili (taken from pakdenono.com) Judul Asli: This is The Truth, Newly Discovered Scientific Focts Revealed in the Quran & Authentic Hadeeth (Wolrd Supreme Council for Mosques Affairs Commission on Scientific Sign of Qur’an and Sunnah at Muslim World League Makkah al.Mukarramah and Alharamain Islamic Poundation, Third Edition, Riyadh, 1999) Buku ini membuktikan bahwa al-Quran mampu memberi inspirasi dan petunjuk pelaksanaan serta tuntunan praktis bagi para ilmuwan untuk melakukan penelitian di berbagai bidang disiplin ilmu. Sehingga Islam sangat kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kemudahan, kebahagiaan, dan kedamaian kehidupan umat manusia. Sehingga kasus Galileo dan Socrates yang rela mati di hadapan para rohaniawan yang sekaligus sebagai penguasa demi mempertahankan kebenaran ilmiah tidak terulang lagi. Peristiwa ini membuktikan bahwa agama harus ilmiah seiring sejalan dengan alam semesta ini agar tidak terjadi tirani agama.
Link Download Format CHM - 122 KB. Tonggak Islam Pertama yang Berusaha Tetap Tegak Sumatera mengawali jejak perjalanan Islam di nusantara.
Di bagian utara pulau ini pernah berdiri Kerajaan Samudera Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Kerajaan yang berdiri di tanah Aceh itu bahkan pernah dikunjungi Ibnu Batutah, pengembara muslim paling ternama sepanjang sejarah.
Daftar sejarah itu bila dirunut ke belakang bisa lebih panjang, karena menurut data sejarah di Aceh Timur, pada abad ke-9 pernah berdiri Kerajaan Perlak yang kemudian menggabungkan diri dengan Pasai. Kekayaan khazanah Islam Sumatera lalu dilanjutkan dengan berdirinya kerajaan Malaka (1402 - 1511) yang didirikan oleh Parameswara, seorang putera Sriwijaya yang menyelamatkan diri dari perebutan Palembang oleh Majapahit. Nama Malaka kemudian masyhur sebagai salah satu pelabuhan penting di dunia.
Portugis, Belanda dan Inggris pun merapat di sana. Masih di bagian Utara Sumatera berdiri Kesultanan Aceh Darussalam pada tahun 1360 dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh). Sultan Ali Mughayat Syah dinobatan sebagai Sultan pertama pada Ahad, 1 Jumadil Awwal 913 H bertepatan pada 8 September 1507. Selain masyhur dengan sistem pendidikan militer yang baik, komitmennya dalam menentang imperialisme Eropa, sistem pemerintahan teratur dan sistematik, kesultanan Aceh merupakan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan terutama Islam. Kesultanan Aceh melahirkan beberapa ulama ternama. Karya-karya mereka menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing.
Tersebutlah Hamzah Fansuri dengan karyanya Tabyan fi Ma’rifati al-Udyan. Syamsuddin al-Sumatrani dengan Miraj al-Muhakikin al Iman.
Nuruddin ar-Raniry dengan Sirat al-Mmustaqim. Syekh Abdul Rauf Singkili dengan Mi’raj al Tulabb fi Fashil. Beranjak ke Selatan ada lagi Kerajaan Dharmasraya atau Kerajaan Melayu Jambi yang berdiri sekitar abad ke-11 Masehi. Lokasinya terletak di selatan Sawahlunto, Sumatera Barat sekarang dan di utara Jambi. Terdapat juga kerajaan Lingga-Riau yang merupakan perpecahan dari Kesultanan Johor. Pada masa kesultanan ini bahasa Melayu menjadi bahasa standar yang sejajar dengan bahasa-bahsa besar lain dunia, yang kaya dengan susastra dan memiliki kamus ekabahasa.
Tokoh besar di belakang perkembangan pesat bahasa Melayu ini adalah Raja Ali Haji, seorang pujangga dan sejarawan keturunan Melayu-Bugis. Di luar itu berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang tersebar di banyak tempat di pulau Sumatera seperti di Padang (Sumatera Barat), Palembang (Sumatera Selatan), Medan (Sumatera Utara) dan Bengkulu. Perkembangan Islam di daerah Padang bahkan diwarnai dengan masuknya aliran Wahabi dan memberi warna khas bagi pergerakan nasional lewat golongan paderi. Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Maka, kita sebagai orang tua bertanggung jawab terhadap amanah Allah ini.
Termasuk dari amanah ini adalah memberikan nama yang baik untuk anak yang baru lahir. Islam menganjurkan agar anak yang baru lahir diberi nama yang baik dan bagus.
“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari Kiamat dengan nama-nama kalian dan nama-nama ayah kalian. Maka bagus-baguskanlah nama-nama kalian” (HR. Abu dawud dengan sanad hasan) Secara umum, akhlak, prilaku dan perbuatan yang buruk mengarah pada nama-nama yang buruk juga. Sebaliknya, perilaku yang bagus mengarah pada nama-nama yang bagus pula. Sesungguhnya pemilik nama yang bagus akan merasa malu dengan namanya.
Nama itu akan memotivasinya untuk berlaku sesuai dengan dengan arti nama itu sendiri. Ia pun akan meninggalkan sesuatu yang bertolak belakang dengan arti namanya. infokito.net Wallahua’lam Berikut ini file yang berisi nama-nama Islami untuk anak.
File di-compress dalam bentuk.zip yang terdiri dari 6 file, berukuran 436 KB. Nama Anak (kumpulan).
Nama Islami Putera. Nama Islami Puteri. Nama-nama Dilarang dalam Islam. Nama Pilihan Anak Lelaki. Islamic Names Boys and Girls Link DOWNLOAD 436 KB 426 KB.
Vincent MonteilSyed Muhammad Naguib Al-Attas, The Mysticism of Hamzah FansuriIn: Archipel. Volume 4, 1972. 244-248.Citer ce document / Cite this document: Monteil Vincent. Syed Muhammad Naguib Al-Attas, The Mysticism of Hamzah Fansuri.
In: Archipel. Volume 4, 1972. Les notices sont gnralement assez prcises et donnent les rfrences bibliographiques ncessaires.
On remarquera que la statue quadricphale de Gurah que M. Soekmono avait identifie comme Brahma dans une pr cdente publication (3), est identifie ici (n 16) comme une forme de Si va (Bhalra Guru ou Agastya?) et qu'une statue considre, depuis Stuterheim, comme une reprsentation de Bhma (ongle du pouce long, nudit) est prsente ici (n 20) comme une effigie de Kertolo, un des suivants de Panji. L'une et l'autre interprtation mriteraient un commentaire plus circonstanci. On saura gr aux diteurs et la Caltex Pacific Indonesia qui a f inanc l'dition anglaise et l'dition indonsienne de ce catalogue d'avoir ainsi mis la disposition d'un large public les reproductions de bronzes et d'objets en or qui taient rests jusqu'alors peu connus.
D.L.SyedMuhammad Naguib AL-ATTAS, The Mysticism of Hamzah Fansr, University of Malaya Press, 1970, XVII-556 p., including an annotated romanized Malay edition of Hamzah's three prose works and an annotated English translation of the texts, followed by appendices, a facsimile of the manuscript of Al-Muntah in Arabic script, a bibli ography and an alphabetical index of the semantic vocabulary in Hamz ah's mystical system.This book is a Doctoral thesis, presented in 1966 to the University of London. It deals with the mystical ideas and teachings of Hamzah Fansuri, a Malay Sufi poet of the 16th century who lived in Barus (Fansr, in Arabic) on the west coast of North Sumatra, the country of camphor (kapur), had been born in Siam (in Shahr Nawi, which means New Town in Persian), and was most likely dead before 1607. Hamzah travelled in the Middle East and in Java, he had been in Siam and in Malaya ha spoke and wrote fluently Malay and apparently also Arabic and Persin e He belonged to the Qdir Order and his writings reveal the paramount influence of Ibn 'Arabi from Cordoba (who died in 1240) and of Al Insn al-Kmil by 'Abd-al-Karm Jl from Baghdad (who died in 1428). In fact, Hamzah Fans uri was not unknown to the specialists, since the dissertation on De Gesch riften van Hamzah Fansoeri, published in 1933, in Leiden, by J.
But the aim of Professor Al-Attas is different. He uses here a general linguistic and semantic approach. According to him, 'in Hamzah's system the voca3) R. Soekmono, Gurah the link between the central and the east-javanese arts, Bulletin of the Archaeological Institute of the Republic of Indonesia, Djakarta, 1969.245 bulary employed does not mainly consist of new words; they are Malay words that were all in existen e even perhaps in pre-Islamic times. But it will be demonstrated that the conceptual network imposed upon these already existing words is new and significant'. More than that, 'this book represents the first undertaking of such a task'. Nobody, so far, has succeeded in placing Hamzah Fansuri in his rightful position.
It is from the point of view of tafstr, in addition to the point of view of the history of ideas, that Professor al-Attas's works should be evaluated: the Hamzah Fansuri he knows was never known and never even revealed himself. The author, Professor Dr. Syed Muhammad Naguib al-Attas, is cur rently Professor of Malay Languange and Literature and Dean of the Faculty of Arts, The National University of Malaysia (Kuala Lumpur). As for every outstanding personality, his opinions may be discussed eagerly and even sometimes frowned upon. But one cannot ignore them and one has to weigh them, to consider and finally to decide that this book is important and stimulating, because facts and concepts are studied from a new angle, by a Malay philosopher and linguist, who is himself from a family of well known Sufis, both from his father's and mother's side and even a master in the difficult art of Arabic calligraphy (the cover design represents the Basmalah, in the form of a kingfisher).
For him, 'Sufism is the true light of Islam'. And once I heard him say that the purpose of any secular State is to form good citizens, whereas the ideal of Islam is the Perfect or Universal Man (in Arabic: al-insn al-kmil; in Malay: orang kamil or manusia sempurna). Maybe it is necessary to be a genuine Malay Sufi to see through Malay mysticism, a perequisite some what discouraging and even crippling for foreign scholars if they are unaware of the influence of Browne, Nicholson and Arberry and even of Professor T.
Izutsu (Keio University, Tokyo) whose lectures Syed M.N. Al-Attas attended in Mc-Gill University (Montral, Canada). In Chapter II, allegations concerning the 'heresy' levelled against Hamzah by Nr ad-Dn Rnr are critically examined. Raniri, who died in 1666, came in 1637, from Gujerat (India) to Atjeh in North Sumatra.
Rnr, who branded Hamzah with 'infidelity', is famous and celebrated to-day in Atjeh, but Hamzah Fansuri's writings are nowhere to be found (let us seize this opportunity to praise here the excellent Ph.D. Presented by Miss Tudjimah, in 1961, in the University of Jakarta, on the manuscript of Asrr al-Insan, whose author is Rnri himself). Al-Attas insists on Rnr's point about Hamzah's 'materialistic pantheism'.
It appears to him that 'the fundamental issue which lies at the bottom of Rnr's distortion or misconception is the question of the definition of Being'. In short, one cannot help but come to the conclusion that 'Rmn is in fact saying the same thing as what Hamzah has more clearly said'.
As the author remarks in Chapter III, 'all Western scholars who in some246 way or other studied Hamzah's mysticism have never failed to label it pant heistic' (p. Discussing Hamzah's metaphysics and teachings, Professor Al-Attas makes it clear that 'Hamzah's rejection of the doctrine of creatio ex nihilo in the sense he means is not an affirmation of the doctrine of the World': for him, in fact, God is eternal, He exists in all things that He brought into being, and the Universe Creation is not an illusion. Hamzah says that the things God knows exist 'because of His knowledge of them the condition of the waves is determined by the sea.
'In deed, 'in Hamzah the clear-cut distinction between gnosis and knowledge is vividly stressed in his crnsis'ent use of the Malay word kenal to translate macrifah and tahu to translate Him throughout his writings' (for this, see the often quoted saying of the Prophet: Man carafanofsahu,fa-qad carafa Rabbahu 'Whosoe er knows his self knows his Lord'). 'One of the most important concepts. Is that of human freedom ikhtiyr). Man, in Hamzah's analogy, is the keris (Malay dagger) whose 'action'.
Is non-voluntary. God is the wielder of the keris' (p. And Syed M.N. Al-Attas remarks how 'it is unfortunate that many scholars of Sfism, particularly the Western orientalists, have tended to regard the Sfi account of the vexed question of determination and freedom in a rather naive manner, posing philosophical problems and exposing contra dictions out of the formulation of Sfi concepts which they themselves have constructed' (p. 'Finally, it is consistent with the cosmologicalandontological pattern set forth in Hamzah's mysticism that the key word kehendak, when applied to human will and desire in relation to the Divine, does not convey a real meaning, but a metaphorical one, since man as 'phenome non' not have himself as the determining ground of his will' (p. Does After this analysis revolving around the conceptual structure of the Malay word hendak (Chapter IV), the author deals in Chapter V with the key words in Hamzah's mystical concepts. In Hamzah's vocabulary, there are three major focus words: wujd, ada and diri.
'No suitable word presented itself in the Malay language, during the period of cultural change in the history of the Malays initiated by the coming of Islam among them, as an equivalent of the abstract concept of Being denoted by the Arabic wujd. As a result of this, Malay Sfi writers and translators have kept the word wujd untranslated, and have adopted it into the vocabulary of the Malay language' (p.
148) In 'Malay, ada conveys basically the meaning 'to be' or 'existing', with a very close semantic relationship with the Malay word m' (content). But 'in Hamzah there are seven differ ent uses of the word to in the relational sense, each defining a particular concept'.
It is extremely interesting to note that 'the development towards philosophical abstraction in the Malay conception of being or existence, as reflected in the Malay language, is first found in the writings247 of Hamzah. Indeed, they are the earliest evidence in which the usage of ada reveals a semantic change reflecting a new world view a Sfi world view, which though no doubt introduced with the coming of Islam, achieved its full definite and systematic Malay expression in them' (p. As for din, its basic meaning in Malay refers to both the visible being and the human individuality or ego. In other words, in Hamzah diri means as the Self as well as the Universal Soul. In the last Chapter (VI), Professor Al-Attas brings out many important and stimulating conclusions. According to him, 'Hamzah Fansr must be regarded as the first man to set in Malay all the fundamental aspects of Sfi doctrines, and his writings must be regarded as the earliest of the kind in Mal ay, and, for that matter, in any other languages of the Malaysian Archipe lago.
The fact that Hamzah says he writes the (Sharb) book in Malay so. That those. Who do not understand Arabic and Persian may be able to discourse upon the subject seems to me to show clearly that before Hamzah wrote such a book, all known books on the subject were written in Arabic and Persian' (p.
Hamzah's texts remain the best and most lucid texts on Sfism, predominated as they are by the Persian influence. The methodolog ical approach chosen by Dr. Al-Attas is a modern semantic analys is, which has opened 'before our vision other horizons intimately connected with the historical problem of Islamization of the Malays At the outset I declare my agreement with van Leur that Hinduism, as the Malay Indones ian peoples practised it, was merely a superstructure maintained by the rul ing group above an indifferent community The Malay-Indonesian society was therefore not a Hinduized society; rather the Malay-Indonesian ruling groups were legitimized sacrally by an Indian hierarcy.' Professor Al-Attas suggests that 'What (Hindu-Buddhist) philosophy they took they transformed into art at the expense of the rational and intellectual elements As far as I know there has been no Javanese translation of the Upanishads.,neither has there been any translation of works of Buddhist theology and philosophy in Malay. The Qur'n, however, has been fully translated with commentary in Malay in the second half of the XVII th century' (p. For the general public, 'the philosophical-mystical world view envisaged by the poets of Old Javanese literature was glimpsed in the wayangs (theatres); filtered, as it were, again through the medium of art' (p.188). 'Neither the Hindu-Malay nor the Buddhist-Malay, as far as we know, have produced any thinker or philosopher of note' (p.
And here is the challenge: 'the reputation spread abroad of the MalayIndonesian peoples particularly in Java as being refiners of great cultures, who excelled in syncretizing the great pre-Islamic religions such as Hinduism and Buddhism, in the sense of fusing and blending them, has no firm basis. Perhaps 'parallelism' would better describe the fact' (p. On the con trary, 'unlike Hinduism and Buddhism, Islam is traditionally linked with the248 West. It carried on the traditions of Judaism and Christianity.
The Islamization of the Malay-Indonesian Archipelago should therefore not be compared, it seems to me, with the earlier Hinduization, as has been traditio nally done. It would be more relevant to compare the Islamization process with Western elements' (p.
The most important phase was the second one: from the fifteenth century up to the end of the eighteenth century, be cause it is then that, through Sufism, 'the highly intellectual and rationalistic religious spirit entered the receptive mirds of the people, effecting a rise of rationalism and intellectualism not manifested in pre-Islamic times' and turning away the Malay-Indonesian world view from 'a crumbling world of mythology to the world of intelligence' (p. 194), so that, 'finally, it prepared the Malay-Indonesians, in a sense, for the modern world to come' (p. 'Sfis were the disseminators of Islam in the Archipelago' (p.201) and the role of India and Indians has been magnified: in fact, 'India was the springboard for the Middle-Eastern missionaries, large numbers of whan came from the Hadramaut in South Arabia'.
As for the spiritual Islamic influence, its sources were either Arab or Persian (p. 'One of the most important single cultural phenomenon directly caused by the influence of Islamic culture, and especially effected during the second phase of the Islamization process, was the spread and development of the Malay language as a vehicle, not only for epic, romantic and historical l iterature, but even more so for philosophical discourse. The use of Malay as the language of Islamic philosophical literature in the Malay-Indonesian Ar chipelago enriched its vocabulary and technical terminology considerably and was one of the paramount factors that displaced the hegemony of Java nese' (p.
New view-points, new angles are always interesting, but the thesis presented by Professor Syed Muhammad Naguib al-Attas, about 'The Mysticism of Hamzah Fansr' is evidence of insight, sincerity and courage: three major virtues which nobody who knows him can deny him. Vincent MONTEIL. Paris, 11th June 1972.WIDJOJO NITISASTRO, Population Trends in Indonesia, Cornell Univers ity Press, Ithaca & London, 1970; 266 p., avec une carte administrat ive l'poque coloniale, 12 graphiques et 84 tableaux.
De Java Le Professeur Widjojo Nitisastro est, dans l'Indonsie d'aujourd'hui, l'un des conomistes les plus en vue. Il a fait ses tudes l'Universitas Indonesia de Djakarta, puis l'Universit de Berkeley, o il a obtenu son doctorat, avec un mmoire intitul Migration, Population growth and Econo.